Di suatu komplek perumahan baru di Jakarta, tinggallah beberapa keluarga muda yang berasal dari berbagai suku dan latar belakang di Indonesia. Ada Sunda, Jawa, Batak, Menado, Palembang, Nias, Madura, Cina dan lain-lain. Suatu sore kira-kira pukul 16.00 di hari minggu berkumpullah anak-anak yang rata-rata baru berumur di bawah 10 tahun di taman perumahan itu yang sengaja dibuat untuk bermain orang-orang yang tinggal di perumahan tersebut. Kebiasaan berkumpulnya anak-anak itu di setiap hari libur dimanfaatkan oleh pedagang balon udara. Di hari pertamanya tukang balon menjajakan dagangannya ia melepas balon berwarna putih. Ia menggunting salah satu dari balon-balon yang sudah diikatkan di boncengan sepedanya, maka terbanglah satu balon berwarna putih. Tiba-tiba salah satu anak yang kebetulan memperhatikan aksi pedagang itu tertarik untuk menghampiri tukang balon itu. Sambil berlari menghampiri pedagang, kemudian anak itu bertanya ”Bang, apakah balon hijau juga bisa terbang?” tanya anak itu sangat antusias. “Coba kamu lihat sendiri!” kata pedagang sambil menggunting tali ikatan balon berwarna hijau. Ada anak kedua menghampiri juga dan bertanya “Bang, apakah balon warna kesukaanku juga bisa terbang?” tanya anak kedua. “Warna kesukaanmu apa nak?” tanya pedagang balon. “Warna biru” jawab anak itu penuh semangat. “Coba kamu lihat sendiri!” kata pedagang sambil menggunting tali ikatan balon berwarna biru. Kali ini pedagang balon menjadi pusat perhatian, karena dengan serentak dihampiri oleh 4 anak sekaligus dan saling meneriakkan warna balon kesukaannya masing-masing “Bang yang kuning bang” teriak anak ketiga. “Bang yang merah bang” teriak anak keempat. “Bang yang jingga bang” teriak anak kelima. “Bang yang ungu bang” teriak anak keenam tidak mau kalah. Merasa dagangannya mulai diperhatikan kali ini pedagang mencoba untuk berkorban menerbangkan balon-balon yang diminta oleh anak-anak tersebut, karena ia berpikir sebagai umpan agar anak-anak itu tertarik dan diharapkan untuk membeli dilain kesempatan. Lalu ia potong tali balon kuning, merah, jingga dan ungu. Tetapi ditengah sorak sorai anak-anak menikmati balon warna kesukaannya terbang, ada anak yang dari semula memperhatikan balon-balon itu terbang satu persatu namun tidak ada satupun warna balon kesukaannya. Anak itu terdiam di samping pedagang balon sambil melihat balon-balon itu terbang dengan mata berkaca-kaca. “Nak, kenapa kamu terdiam saja? Bukankah balon-balon itu menarik ?” tanya pedagang ke anak tersebut. Anak itu tetap lama diam saja, sampai akhirnya pedagang itu mengulangi pertanyaan yang sama. Akhirnya anak itu mengucapkan kata-kata pelan sekali sepertinya kurang percaya diri. “Bang, apakah warna balon hitam bisa terbang ?” kata anak itu pelan. Merasa iba akhirnya pedagang balon itu membungkukkan badan sambil membisikkan kata di dekat telinga anak itu “Nak, yang membuat balon terbang itu bukan warnanya tetapi isinya, maka percayalah nak bahwa balon hitam juga bisa terbang”
Terbang = Prestasi, Warna = Penampilan, Isi (gas) = ilmu
Tebet, 00:06AM, 13/08/2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar